David Arky/Tetra Images/Corbis
Tim Robot dari Universitas Gadjah Mada berhasil membawa pulang dua medali emas dan satu medali perak dalam kompetisi robot dunia (Robogames) 2012 di San Mateo, California, Amerika Serikat.
Robogames 2012 yang berlangsung pada 20-22 April 2012 diikuti oleh 16 negara di dunia. Sebanyak 238 tim, 682 robot, dan 1.039 engineers dari sejumlah negara seperti Argentina, Denmark, India, Jepang, Korea, dan Amerika turut meramaikan kompetisi bergengsi ini.
Tim robot UGM yang saat itu diwakili oleh Luis Rizki Ramelan, Noer Aziz Ismail, dan Ridwan Widoyoko, membawa tujuh robot untuk dipertandingkan dalam ajang Robogames 2012. Tim robot UGM berhasil memperoleh medali emas dan perak dari kategori Fire Fighting, Stand Balancing, dan Walker Challenge.
"Satu emas diraih robot Iron Fire yaitu robot yang memadamkan lilin pada kategori fire fighting. Emas berikutnya diperoleh robot Isorobot Stand Balancing yakni robot kesetimbangan dua roda di kategori stand balancing. Sementara medali perak dipersembahkan oleh robot I-Kinematic berkaki untuk kategori jalan halang rintang (walker challenge),"papar Ridwan dalam jumpa pers di UGM,Kamis (26/4).
Aziz menambahkan keberhasilan yang diraih oleh tim robot UGM karena bersifat lebih stabil dan handal dibanding robot dari negara lainnya. Dalam beberapa kali uji coba dan dipertandingkan jarang menemui error. "Meskipun sering dimainkan tingkat erornya kecil. Sedangkan robot lainnya sering mengalami error. Robot kita pun unggul dalam hal kecepatan," jelasnya.
Dijelaskan Aziz, robot-robot yang dipertandingkan dalam Robogames 2012 tersebut seluruhnya dibuat dengan komponen dari dalam negeri. Hampir keseluruhan bagian dirakit sendiri, kecuali pada bagian sensor.
Dana yang dikeluarkan untuk pembuatan robot pun bervariasi antara Rp500 ribu hingga Rp40 juta. "Sebagian robot kami buat dari komponen-komponen robot yang sudah ada, kita daur ulang untuk dipakai kembali," ungkapnya.
Direktur Kemahasiswaan UGM, Haryanto, menuturkan, bahwa UGM sangat mendukung upaya pengembangan robot yang dilakukan mahasiswa. Sejak tahun 2005 pihaknya telah mensinergikan Fakultas Teknik dan Fakultas Matematika dan llmu Pengetahuan Alam bersama Sekolah Vokasi menjadi sebuah tim untuk pengembangan robot UGM.
Sebagai bentuk dukungan tersebut, UGM berencana memberikan ruang khusus bagi pengembangan robot di UGM. "Tidak lama lagi UGM akan meresmikan ruang untuk kegiatan robot," ujarnya.
(Olivia Lewi Pramesti)nationalgeograficindonesia
Tim Robot dari Universitas Gadjah Mada berhasil membawa pulang dua medali emas dan satu medali perak dalam kompetisi robot dunia (Robogames) 2012 di San Mateo, California, Amerika Serikat.
Robogames 2012 yang berlangsung pada 20-22 April 2012 diikuti oleh 16 negara di dunia. Sebanyak 238 tim, 682 robot, dan 1.039 engineers dari sejumlah negara seperti Argentina, Denmark, India, Jepang, Korea, dan Amerika turut meramaikan kompetisi bergengsi ini.
Tim robot UGM yang saat itu diwakili oleh Luis Rizki Ramelan, Noer Aziz Ismail, dan Ridwan Widoyoko, membawa tujuh robot untuk dipertandingkan dalam ajang Robogames 2012. Tim robot UGM berhasil memperoleh medali emas dan perak dari kategori Fire Fighting, Stand Balancing, dan Walker Challenge.
"Satu emas diraih robot Iron Fire yaitu robot yang memadamkan lilin pada kategori fire fighting. Emas berikutnya diperoleh robot Isorobot Stand Balancing yakni robot kesetimbangan dua roda di kategori stand balancing. Sementara medali perak dipersembahkan oleh robot I-Kinematic berkaki untuk kategori jalan halang rintang (walker challenge),"papar Ridwan dalam jumpa pers di UGM,Kamis (26/4).
Aziz menambahkan keberhasilan yang diraih oleh tim robot UGM karena bersifat lebih stabil dan handal dibanding robot dari negara lainnya. Dalam beberapa kali uji coba dan dipertandingkan jarang menemui error. "Meskipun sering dimainkan tingkat erornya kecil. Sedangkan robot lainnya sering mengalami error. Robot kita pun unggul dalam hal kecepatan," jelasnya.
Dijelaskan Aziz, robot-robot yang dipertandingkan dalam Robogames 2012 tersebut seluruhnya dibuat dengan komponen dari dalam negeri. Hampir keseluruhan bagian dirakit sendiri, kecuali pada bagian sensor.
Dana yang dikeluarkan untuk pembuatan robot pun bervariasi antara Rp500 ribu hingga Rp40 juta. "Sebagian robot kami buat dari komponen-komponen robot yang sudah ada, kita daur ulang untuk dipakai kembali," ungkapnya.
Direktur Kemahasiswaan UGM, Haryanto, menuturkan, bahwa UGM sangat mendukung upaya pengembangan robot yang dilakukan mahasiswa. Sejak tahun 2005 pihaknya telah mensinergikan Fakultas Teknik dan Fakultas Matematika dan llmu Pengetahuan Alam bersama Sekolah Vokasi menjadi sebuah tim untuk pengembangan robot UGM.
Sebagai bentuk dukungan tersebut, UGM berencana memberikan ruang khusus bagi pengembangan robot di UGM. "Tidak lama lagi UGM akan meresmikan ruang untuk kegiatan robot," ujarnya.
(Olivia Lewi Pramesti)nationalgeograficindonesia