Ditemukan 66 Kerangka Manusia Di Gua Harimau



Aneh karena belum pernah sebelumnya ditemukan kerangka sebanyak itu dalam satu gua.
Para ahli arkeologi tengah bekerja di Gua Harimau untuk mengungkap kehidupan manusia yang tinggal di gua pada masa prasejarah. Gua Harimau terletak di lereng Bukit Karang Sialang yang di kakinya terdapat aliran sungai kecil bernama Ayakamanbasah merupakan salah satu situs paling penting dalam upaya menelusuri kehidupan manusia di dalam gua. Kisah lengkapnya dalam NGI Januari 2013. (Reynold Sumayku/NGI)

Dalam penelusuran Tapak Jejak Pitarah Sumatra yang terbit Januari 2013, dipaparkan mengenai penemuan gambar cadas dan komplek permakaman purba terpadat dan terlangka di Asia Tenggara di Gua Harimau, Sumatra Selatan.
Truman Simanjuntak dari Pusat Arkeologi Nasional (Arkenas), dalam wawancara kepada awak National Geographic Indonesia menyebut, ada 66 kerangka manusia yang dikuburkan di gua itu. Kini, akhir April 2013, penemuan Truman dan timnya mengemuka di situs berita Live Science dan Stone Pages.
"66 itu sangat langka," kata Truman seperti dilansir Senin (22/4). Langka karena belum pernah sebelumnya Truman dan kolega menemukan kerangka sebanyak itu dalam satu gua.
"Masih ada jejak okupasi di bagian lebih dalam di gua yang belum kami ekskavasi. Jadi itu artinya gua ini masih sangat menjanjikan," papar Truman.
Selain kerangka manusia, ditemukan pula kerangka ayam, anjing, dan babi. Banyaknya penemuan ini terjadi karena Gua Harimau dulunya merupakan lokasi tinggal petani perdana di Nusantara. Bukan hanya sebagai tempat tinggal, gua juga mereka gunakan untuk perkuburan.
Salah satu pola lukisan gua prasejarah yang ditemukan di Gua Harimau, berupa kumpulan tiga garis konsentrik melingkar. Menurut ahli lukisan gua, Pindi Setiawan dari Fakultas Seni Rupa ITB, pola ini dibuat dengan cara dikuas menggunakan jari. Kisah lengkap Gua Harimau dan hubungannya dengan permukiman purba di Sumatra terangkum dalam NGI Januari 2013. (Reynold Sumayku/NGI).

Dituliskan Harry Widianto, ahli paleontropologi dan Kepala Pengelola Museum Purbakala Sangiran, terdapat penyakit karies gigi pada sebagian rangka. Penyebabnya, pola makan berkarbohidrat tinggi karena penghuni gua sudah meninggalkan perburuan dan mengembangkan pertanian.
"Padi, talas, dan umbi-umbian akan memberikan sisa-sisa makanan yang lebih melekat pada gigi," tulisnya dalam laporan pada Arkenas.
Hal lain yang menarik yakni gambar cadas di dinding gua. Seni lukis gua ini mengubah perspektif bahwa gambar cadas tidak pernah menyentuh tanah Sumatra. Gambar yang dilukiskan dipercaya sebagai bagian dari kepercayaan masyarakat purba.
Simak paparan lengkap mengenai Tapak Jejak Pitarah Sumatra di sini.
(Zika Zakiya. Live Science, NGI)

Follow On Twitter